Jakarta, Jurnalpublik.com – Ingat kisah Abdurrahman bin Auf? Dalam kisahnya ia dua kali menolak untuk dijadikan Khalifah. Ia menolak di masa Umar bin Khatab ataupun Utsman bin Affan. Saat diminta Utsman bahkan ia berdoa dan lebih memilih mati ketimbang meneruskan menjadi Khalifah.
Mendengar kabar penunjukan oleh Utsman tersebut, Abdurrahman kemudian berdoa dan memohon agar dia dicabut nyawanya terlebih dulu sebelum masa ia dipilih sebagai Khalifah.
Abdurrahman pun meninggal dunia sebelum Utsman bin Affan meninggal. Setidaknya enam bulan terhitung sejak permintaan menjadi Khalifah oleh Utsman bin Affan. Sehingga Abdurrahman tidak jadi ditunjuk sebagai pengganti Utsman bin Affan.
Berbanding Terbalik dengan Kondisi Saat Ini
Berbeda dengan kondisi saat ini? Justru sebaliknya. Kalau bisa ya jadi pemimpin. Pemimpin politik misalnya. Ataupun pemimpin-pemimpin di dalam organisasi, dsb. Yang tidak mampu pun, dimampu-mampukan.
Tak heran banyak baliho terpajang di pinggir-pinggir jalan menyatakan siap maju menjadi Presiden 2024. Bahkan mohon maaf, mungkin beberapa tidak kompeten dan ‘bermasalah’ pun memberanikan diri untuk maju.
Kalau sudah musim politik, janjinya banyak dan selangit. Tapi seiring terpilih, banyak janji tidak terpenuhi, bahkan justru memperkaya diri dan golongannya.
Belajar dari Abdurrahman Bin Auf
Kita perlu belajar dari Abdurrahman bin Auf, ia menolak menjadi Khalifah karena merasa tidak mampu dan takut lalai beribadah kepada Allah.
Dari Abdurrahman bin Auf kita belajar, tidak semua posisi harus ditempati. Ia meyakini dengan posisinya yang sekarang ia bisa lebih berkontribusi. Abdurrahman berjihad dengan mendermakan kekayaannya.
Dalam sebuah kisahnya, ia pernah membeli dan menimbun barang-barang antik milik Yahudi dan pada saatnya ia jual dengan harga yang murah. Berbeda dengan kondisi pejabat/pengusaha sekarang, justru ditimbun agar barangnya bisa dijual lebih mahal.
Luar biasa pengorbanan seorang Abdurrahman bin Auf dengan hartanya. Tidak heran jika ia menjadi salah satu sahabat yang dicintai oleh Rasulullah SAW. bahkan banyak riwayat hadits melalui beliau. Allahu a’lam.[]
Edo Segara Gustanto, SE., ME./Dosen FEBI IIQ An Nur Yogyakarta